Sabtu, 28 April 2012

Sederhana Tapi Bermakna


Mungkin ini sebuah kisah classic buatku, tetapi setelah kupikir lagi, sesuatu yang classic kadang terlihat menarik dan bernilai mahal pada zaman ini. Kisah ini menceritakan sebuah perjalanan hidup sederhana dari sekumpulan remaja pada suatu daerah, dimana remaja-remaja itu kini mengambil jalan hidupnya masing-masing dengan berbagai corak warna keahlian dan keyakinan.

Suatu daerah dengan begitu padat penduduknya serta begitu padat kegiatan remajanya, baik kegiatan yang berbau keyakinan ataupun diluar itu. Hiduplah remaja dengan berbagai warna dan berbagai latar belakang yang berbeda berkumpul. Hari – hari selalu di isi dengan sebuah kegiatan atau permainan, diantaranya “ dar-dar-an” sebuah permainan tim, dimana permainan itu membagi sekumpulan kelompok menjadi dua kelompok, yang masing-masing diberi keleluasaan dalam mencari dan mengambil tempat untuk bersembunyi, cara memainkan permainan ini yaitu dengan mencari semua anggota dari kelompok lawan yang bersembunyi dan harus berebut dan mendahului mengucapkan “dar” dengan nama anggotanya dengan tangan menunjuk kearahnya seperti sedang menembakan pistol. 

Begitupun pihak lawan jika ingin memenangkan permainan ini, permainan ini tidaklah mudah dan memerlukan waktu cukup yang lama dalam memainkannya, biasanya setiap tim memilih pemimpin untuk dijadikan pengatur strategi timnya, dan yang paling tua lah yang selalu dijadikan pemimpin dikarenakan sudah mengerti permainan. Setiap tim bebas bersembunyi dimana saja, kadang bisa mencapai daerah lain, begitupun tim lawan. 

Ketika sedang mencari tempat bersembunyi tidak sengaja kita bertemu tim lawan atau melihatnya, kadang kita tidak langsung menembak, tetapi melihat dan menggkoordinasikan dengan tim bahwa sebagian tim lawan sedang bersembunyi di titik ini, lalu pemimpin menyuruh dua anggota nya untuk memata-matai dan menelusuri dimana tempat berkumpulnya tim lawan, sebab dalam setiap tim, kadang dibagi tugas lagi dan menentukan titik akhir tempat berkumpul. Maka ketika sudah tahu tempat berkumpul tim lawan, pemimpin membuat strategi dan membagi anggotanya agar dengan mudah menembak lawan-lawanya. 

Nah yang biasanya sudah tertembak dia tidak bisa lagi ikut dalam perminan, dan diapun tidak boleh mengatakan pada anggotanya tempat dimana tim lawan bersembunyi, tetapi kadang selalu ada yang sudah tertembak memberitahu kepadang anggotanya tempat dimana tim lawan berkumpul. Hehehe.

Dan ketika ada anggota lawan atau tim yang tertembak informasi itu di sebar bahwa si A sudah tertembak, agar tim lawan atau tim kita tahu. Tetapi kadang yang sudah tertembak mengaku sendiri, dengan bahasa sunda “urang katembak euy”. 

Permainan ini sederhana sekali, tidak memerlukan biaya, pas dengan kondisi remaja-remaja di daerah itu, tetapi jangan salah, permainan ini membuat saya serta anak-anak seangkatan saya pada waktu itu mendapat pelajaran yang banyak. Sebagai anak yang masih kecil pada saat itu, kita belajar saling mengenal satu sama lain,  mengenal teman-teman yang sudah dewasa, mengenal daerah tempat kita hidup, belajar mengikuti arahan pemimpin dalam sebuah tim, belajar membuat strategi dalam permainan ini, menjadikan setiap anggota berhati-hati, tidak egois, rasa persahabatan yang makin kuat. Yang paling membuat saya merasa takjub dan tidak sadar ternyata secara tidak langsung kakak – kakak kita pada saat itu mentransfer ilmu lewat sebuah permainan sederhana ini yang dinamakan Dar-daran. 

Sebenarnya terlalu banyak kenangan saya dan teman-teman di daerah itu, daerah dimana saya lahir, banyak ilmu yang ku dapat yang diberikan oleh orang dewasa lewat permainan sederhana, dari mulai “dar-daran”, “ngadu kaleci”, “kobak”, “ngala taneuh ka proyek”,” sepak bola antar barudak,baik itu memakai uang hadiahnya atau tidak karena pada waktu itu saya masih SD kelas 4-5”,”membuat pistol-pistolan dari kayu dengan peluru dari biji pohon, kalau dulu disebut “ pelor hanjeli dan pelor paku” dan sering di perangkan antar barudak” ihhh serem tapi rame. “Ngadu gambar, baik itu ceme, kiyu-kiyu, yang kalah bayar pake gambar”, “gambar tempel”, “ngala belut ka ebeg, ebeg itu sebutan teman-teman sebuah sawah di pinggir rel kereta api”, “membuat mobil-mobilan, dengan bahan dari kayu, dan ban dari karet sendal serta atasnya di simpan kaleng susu atau botol air mineral, dan biasanya beraneka ragam bentuk dan inovasi, malam pun selalu mobil-mobilan, dengan lilin di atas kaleng atau botol air mineral”, “main bola dengan menggunakan kancing, yang menggunakan keramik sebagai lapang, ketumbar sebagai bola, wadah korek sebagai gawang dan jidar sebagai penggerak kancing” dan banyak lagi permainan yang aku lupa lagi bila mengingatnya. 

Tidak kalah terkesannya, kami serta kakak yang dewasa, baik itu yang dulunya suka mabok, judi, nongkrong dsb selalu mengajak kami untuk belajar membaca fadhail amal, itikaf dan berkunjung ke masjid lain, ketika kuliah subuh biasanya setiap remaja yang sudah dewasa di haruskan belajar pidato atau dengan kata lainnya berdakwah, wahhh seru ketika itu, ada yang menertawakan, menyindir temannya yang sedang pidato tentang hubungan pacarannya, buka puasa bareng di mesjid. Dsb

Sebuah pengalaman hidup, walau itu hanya dalam permainan sederhana dapat menjadi ilmu buat kita, memberikan ilmu tidak tebang pilih, siapapun boleh mempelajarinya, jangan malu untuk berusaha mempelajari ilmu, walau harus ditertawakan, jadikan itu sebuah cambuk diri untuk dapat lebih membuat kita semangat dalam menimbanya.

“Kenangan dari Jl. Desa Kiaracondong Bandung, Mesjid Nurul Falah, cikal bakal beberapa pemuda di daerah ku menjadi seseorang”
“Terima kasih teruntuk Aa Aan serta Aa Asep sebagai penggerak pemuda pada saat itu dan semua angkatan Kakak ku, yang sudah mentransformasikan ilmu lewat sebuah permainan sederhana, juga teman – teman seangkatan ku”. "HS"