Mungkin ini sebuah kisah classic buatku, tetapi setelah
kupikir lagi, sesuatu yang classic kadang terlihat menarik dan bernilai mahal pada
zaman ini. Kisah ini menceritakan sebuah perjalanan hidup sederhana dari
sekumpulan remaja pada suatu daerah, dimana remaja-remaja itu kini mengambil
jalan hidupnya masing-masing dengan berbagai corak warna keahlian dan
keyakinan.
Suatu daerah dengan begitu padat penduduknya serta begitu
padat kegiatan remajanya, baik kegiatan yang berbau keyakinan ataupun diluar
itu. Hiduplah remaja dengan berbagai warna dan berbagai latar belakang yang
berbeda berkumpul. Hari – hari selalu di isi dengan sebuah kegiatan atau
permainan, diantaranya “ dar-dar-an” sebuah permainan tim, dimana permainan itu
membagi sekumpulan kelompok menjadi dua kelompok, yang masing-masing diberi
keleluasaan dalam mencari dan mengambil tempat untuk bersembunyi, cara
memainkan permainan ini yaitu dengan mencari semua anggota dari kelompok lawan
yang bersembunyi dan harus berebut dan
mendahului mengucapkan “dar” dengan nama anggotanya dengan tangan menunjuk
kearahnya seperti sedang menembakan pistol.
Begitupun pihak lawan jika ingin
memenangkan permainan ini, permainan ini tidaklah mudah dan memerlukan waktu
cukup yang lama dalam memainkannya, biasanya setiap tim memilih pemimpin untuk
dijadikan pengatur strategi timnya, dan yang paling tua lah yang selalu dijadikan
pemimpin dikarenakan sudah mengerti permainan. Setiap tim bebas bersembunyi
dimana saja, kadang bisa mencapai daerah lain, begitupun tim lawan.
Ketika sedang
mencari tempat bersembunyi tidak sengaja kita bertemu tim lawan atau
melihatnya, kadang kita tidak langsung menembak, tetapi melihat dan
menggkoordinasikan dengan tim bahwa sebagian tim lawan sedang bersembunyi di
titik ini, lalu pemimpin menyuruh dua anggota nya untuk memata-matai dan
menelusuri dimana tempat berkumpulnya tim lawan, sebab dalam setiap tim, kadang
dibagi tugas lagi dan menentukan titik akhir tempat berkumpul. Maka ketika
sudah tahu tempat berkumpul tim lawan, pemimpin membuat strategi dan membagi
anggotanya agar dengan mudah menembak lawan-lawanya.
Nah yang biasanya sudah
tertembak dia tidak bisa lagi ikut dalam perminan, dan diapun tidak boleh
mengatakan pada anggotanya tempat dimana tim lawan bersembunyi, tetapi kadang
selalu ada yang sudah tertembak memberitahu kepadang anggotanya tempat dimana
tim lawan berkumpul. Hehehe.
Dan ketika ada anggota lawan atau tim yang tertembak
informasi itu di sebar bahwa si A sudah tertembak, agar tim lawan atau tim kita
tahu. Tetapi kadang yang sudah tertembak mengaku sendiri, dengan bahasa sunda “urang
katembak euy”.
Permainan ini sederhana sekali, tidak memerlukan biaya, pas
dengan kondisi remaja-remaja di daerah itu, tetapi jangan salah, permainan ini
membuat saya serta anak-anak seangkatan saya pada waktu itu mendapat pelajaran
yang banyak. Sebagai anak yang masih kecil pada saat itu, kita belajar saling
mengenal satu sama lain, mengenal
teman-teman yang sudah dewasa, mengenal daerah tempat kita hidup, belajar
mengikuti arahan pemimpin dalam sebuah tim, belajar membuat strategi dalam
permainan ini, menjadikan setiap anggota berhati-hati, tidak egois, rasa
persahabatan yang makin kuat. Yang paling membuat saya merasa takjub dan
tidak sadar ternyata secara tidak
langsung kakak – kakak kita pada saat itu mentransfer ilmu lewat sebuah
permainan sederhana ini yang dinamakan Dar-daran.
Sebenarnya terlalu banyak kenangan
saya dan teman-teman di daerah itu, daerah dimana saya lahir, banyak ilmu yang
ku dapat yang diberikan oleh orang dewasa lewat permainan sederhana, dari mulai
“dar-daran”, “ngadu kaleci”, “kobak”, “ngala taneuh ka proyek”,” sepak bola
antar barudak,baik itu memakai uang hadiahnya atau tidak karena pada waktu itu saya
masih SD kelas 4-5”,”membuat pistol-pistolan dari kayu dengan peluru dari biji
pohon, kalau dulu disebut “ pelor hanjeli dan pelor paku” dan sering di
perangkan antar barudak” ihhh serem tapi rame. “Ngadu gambar, baik itu ceme,
kiyu-kiyu, yang kalah bayar pake gambar”, “gambar tempel”, “ngala belut ka ebeg,
ebeg itu sebutan teman-teman sebuah sawah di pinggir rel kereta api”, “membuat
mobil-mobilan, dengan bahan dari kayu, dan ban dari karet sendal serta atasnya
di simpan kaleng susu atau botol air mineral, dan biasanya beraneka ragam
bentuk dan inovasi, malam pun selalu mobil-mobilan, dengan lilin di atas kaleng
atau botol air mineral”, “main bola dengan menggunakan kancing, yang
menggunakan keramik sebagai lapang, ketumbar sebagai bola, wadah korek sebagai
gawang dan jidar sebagai penggerak kancing” dan banyak lagi permainan yang aku
lupa lagi bila mengingatnya.
Tidak kalah terkesannya, kami serta kakak yang dewasa, baik
itu yang dulunya suka mabok, judi, nongkrong dsb selalu mengajak kami untuk
belajar membaca fadhail amal, itikaf dan berkunjung ke masjid lain, ketika
kuliah subuh biasanya setiap remaja yang sudah dewasa di haruskan belajar
pidato atau dengan kata lainnya berdakwah, wahhh seru ketika itu, ada yang
menertawakan, menyindir temannya yang sedang pidato tentang hubungan
pacarannya, buka puasa bareng di mesjid. Dsb
Sebuah pengalaman hidup, walau itu hanya dalam permainan
sederhana dapat menjadi ilmu buat kita, memberikan ilmu tidak tebang pilih,
siapapun boleh mempelajarinya, jangan malu untuk berusaha mempelajari ilmu,
walau harus ditertawakan, jadikan itu sebuah cambuk diri untuk dapat lebih
membuat kita semangat dalam menimbanya.
“Kenangan dari Jl. Desa
Kiaracondong Bandung, Mesjid Nurul Falah, cikal bakal beberapa pemuda di daerah ku menjadi
seseorang”
“Terima kasih teruntuk Aa
Aan serta Aa Asep sebagai penggerak pemuda pada saat itu dan semua angkatan
Kakak ku, yang sudah mentransformasikan ilmu lewat sebuah permainan sederhana, juga
teman – teman seangkatan ku”. "HS"