Rabu, 02 Mei 2012

Moonlight From Sukawana


Waktu sore pun tiba, bersamaan dengan rampungnya service sepeda motor berwarna hitam, setibanya di rumah ku hidupkan komputer kesayangnan ku, lantas ku mainkan lagu. Terasa bosen sekali, mungkin karena seringnya aku duduk di depan komputer, lantas ku buka perpustakaan lagu yang ada pada komputerku, karena rasa jenuh ini menggerogotiku, aku memilih lagu sule untuk sedikit menghiburku dari rasa jenuh. Ku tertawa, lumayan sedikit terhibur, lantas ku dengarkan lagu sule, ada sepenggal yang membuat ku tergerak untuk melakukannya walau hari sudah sore, “mening oge urang ulin jalan-jalan” oh betul, lebih baik aku main saja.
Tanpa pikir panjang aku langsung mematikan komputerku, sholat ashar, mempersiapkan motor beserta jas hujan. Entah pada waktu itu aku tak tahu mau kemana, dipikiranku hanya terlintas sebuah tempat yang dulu aku pernah melewatinya, ya! Desa sukawana, aku ingin sekali naik ke menara yang ada di tengah-tengah kebun teh. Ku jalankan motor lalu seooongggg, dengan cepatnya motor ku meninggalkan rumah. 

Tak seperti biasanya selalu lewat depan, aku sekarang mencoba lewat arah belakang, oh ternyata menarik juga, tepatnya di daerah Arcamanik ada beberapa kuda yang sedang di latih, ku berinisiatif turun dari motor dan ingin melihat dari dekat kuda-kuda yang sedang di latih. tetapi rasa penasaran ku belum hilang, maka aku mencoba naik ke menara wasit untuk melihat dari atas, ku ingin melihat seberapa besar tempat pacuan kuda ini, wowwww ternyata luas sekali, didalamnya terdapat lapangan sepak bola, dan lapangan voli serta tempat kuda-kuda di latih, setelah puas ku nyalakan lagi motor lantas ku kebut karena mengejar waktu untuk dapat naik ke gardu yang terdapat di desa, ngongong wooongggg suara motor ku ketika ku gas. 

Akhirnya aku tiba di Desa karyawangi, Kecamatan parongpong Bandung Barat,  tempat dimana perkebunan parongpong berada. Ketika aku datang kembali, yang pertama ku lihat adalah jalan pertama masuk sudah berbeda, sekarang pinggir – pinggir jalan sudah dibangun saluran drainase, walau hanya bagian depan saja. Dan yang tidak berubah yaitu jalan dimana villa berada, tetap saja jalan itu berbatuan. Lantas ku lihat sekolah dekat warung yang dulu pernah ku singgahi sebagai tempat istirahat dan mengisi perut, oh ternyata sekolahnya sedang di bangun, alhamdulillah. 

Mengejar tidak kemalaman aku mencari tempat yang suasananya sejuk dan nyaman, lantas ku keluarkan sebatang roko dan aku duduk sambil menikmati susasana daerah pedesaan udara kebun yang begitu khas dan membuatku tenang. seraya mengenang suasana dulu, suasana indah dimana aku pernah menikmati beberap hari bermalam di desa ini. Aku rindu suasana alam dan aku rindukan cahaya bulan malam di desa itu.”HS”