Waktu sore pun tiba,
bersamaan dengan rampungnya service sepeda motor berwarna hitam, setibanya di
rumah ku hidupkan komputer kesayangnan ku, lantas ku mainkan lagu. Terasa bosen
sekali, mungkin karena seringnya aku duduk di depan komputer, lantas ku buka
perpustakaan lagu yang ada pada komputerku, karena rasa jenuh ini
menggerogotiku, aku memilih lagu sule untuk sedikit menghiburku dari rasa
jenuh. Ku tertawa, lumayan sedikit terhibur, lantas ku dengarkan lagu sule, ada
sepenggal yang membuat ku tergerak untuk melakukannya walau hari sudah sore, “mening
oge urang ulin jalan-jalan” oh betul, lebih baik aku main saja.
Tanpa pikir panjang aku
langsung mematikan komputerku, sholat ashar, mempersiapkan motor beserta jas hujan.
Entah pada waktu itu aku tak tahu mau kemana, dipikiranku hanya terlintas
sebuah tempat yang dulu aku pernah melewatinya, ya! Desa sukawana, aku ingin
sekali naik ke menara yang ada di tengah-tengah kebun teh. Ku jalankan motor
lalu seooongggg, dengan cepatnya motor ku meninggalkan rumah.
Tak seperti biasanya
selalu lewat depan, aku sekarang mencoba lewat arah belakang, oh ternyata
menarik juga, tepatnya di daerah Arcamanik ada beberapa kuda yang sedang di
latih, ku berinisiatif turun dari motor dan ingin melihat dari dekat kuda-kuda
yang sedang di latih. tetapi rasa penasaran ku belum hilang, maka aku mencoba
naik ke menara wasit untuk melihat dari atas, ku ingin melihat seberapa besar
tempat pacuan kuda ini, wowwww ternyata luas sekali, didalamnya terdapat
lapangan sepak bola, dan lapangan voli serta tempat kuda-kuda di latih, setelah
puas ku nyalakan lagi motor lantas ku kebut karena mengejar waktu untuk dapat
naik ke gardu yang terdapat di desa, ngongong wooongggg suara motor ku ketika
ku gas.
Akhirnya aku tiba di Desa
karyawangi, Kecamatan parongpong Bandung Barat, tempat dimana perkebunan parongpong berada. Ketika
aku datang kembali, yang pertama ku lihat adalah jalan pertama masuk sudah
berbeda, sekarang pinggir – pinggir jalan sudah dibangun saluran drainase,
walau hanya bagian depan saja. Dan yang tidak berubah yaitu jalan dimana villa
berada, tetap saja jalan itu berbatuan. Lantas ku lihat sekolah dekat warung
yang dulu pernah ku singgahi sebagai tempat istirahat dan mengisi perut, oh
ternyata sekolahnya sedang di bangun, alhamdulillah.
Mengejar tidak
kemalaman aku mencari tempat yang suasananya sejuk dan nyaman, lantas ku
keluarkan sebatang roko dan aku duduk sambil menikmati susasana daerah pedesaan
udara kebun yang begitu khas dan membuatku tenang. seraya mengenang suasana dulu,
suasana indah dimana aku pernah menikmati beberap hari bermalam di desa ini. Aku
rindu suasana alam dan aku rindukan cahaya bulan malam di desa itu.”HS”